Media Platform Baru Sulawesi Barat

Wawancara Eksklusif – Sulbar di Tangan Pj Gubernur Akmal Malik

0 229

JABATAN Akmal Malik sebagai Pj Gubernur Sulbar akan berakhir tanggal 12 Mei 2023. Di beberapa kesempatan atau forum resmi, Akmal Malik yang juga Dirjen Otoda Kemendagri pamit dari Sulbar setelah menjadi narkoda pemerintahan di provinsi ke-33 ini dalam setahun terakhir.

Diketahui, Akmal mengisi kekosongan jabatan Provinsi Sulbar setelah masa jabatan Ali Baal Masdar Gubernur Sulbar Perideo 2017-2022 berakhir pada 12 Mei 2022.

Lalu apa yang telah diperbuat Akmal Malik setahun terakhir di Sulbar?

Simak Wawancara Eksklusif Akmal Malik dengan Direktur RBFM Sulbar:

Kesan pertama Akmal Malik saat ditugaskan di Sulbar?

Membangun pemerintahan menurut Akmal Malik adalah proses panjang. Untuk mencapai sesuatu ada proses atau langkah-langkah harus dipersiapkan.

Menurutnya Sulbar adalah daerah otonomi hasil pemekaran yang relatif lambat berkembang. Bisa dilihat dari indikator ekonomi yang ada. Masih sangat rendah.

Lalu survei penilaian integritas. Kata Akmal Sulbar adalah provinsi yang berada di posisi terakhir.

Kemudian realisasi APBD hanya 84 persen. Lalu muncul pertanyaan ada apa dengan prvinsi ini?

“Begitu saya bertugas, saya melihat ada kondisi yang harus kita benahi. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tidak naik itu karena realisasi anggaran tidak naik. Makanya saya genjot realisasi anggaran. Tahun kemarin realisasi APBD hanya 84 persen. Setelah kita perbaiki naik mencapai 94 persen. Ada peningkatan 10 persen,” kata Akmal Malik menjawab pertanyaan Direktur RBFM Imelda Adhy Yanti terkait kesan pertama saat bertugas Pj Gubernur Sulbar.

Enam bulan terakhir Akmal mengaku bisa memperbaiki survei penilaian integritas. Sulbar bisa naik dari 34 menjadi posisi 20. Artinya kita mengalami lompatan tertinggi.

“Naik 17,7 persen, ini pertumbuhan tertinggi di Indonesia. Yang menilai ini adalah KPK,” lanjut Akmal.

Monitoring Center for Prevention (MCP) juga naik bahkan naik sampai lima digit.

Akmal mengaku senang kolaborasi dengan banyak pihak. Berkar kolaborasi tersebut Sulbar yang dulunya tertinggi angka pernikahan dini se Indonesia 17,71 persen turun menjadi 11,50 persen.

“Setelah pendekatan dengan banyak pihak akhirnya turun dari posisi 34, kini turun posisi 27, artinya ada progres,” katanya.

Soal pertumbuhan ekonomi, Akmal mengaku meski OPD dan bupati-bupati kerap marah karena sering dorong kegiatan, namun alhamdulillah karena itu pertumbuhan ekonomi Sulbar naik.

“Awal-awal saya bertugas di sini hanya 2,58 persen, sekarang 3,5 persen. Menaikkan satu digit itu susah. Yang bisa dilakukan apa? adalah mendorong UMKM,”

Dia meyakini andai dari dulu OPD provinsi dan kabupaten mau berkolaborasi dengan baik maka hasilnya akan baik. Melaksanakan event setiap minggu agar orang luar datang ke sini (Sulbar).

“Hasilnya kita lihat sekarang, pertumbuhan ekonomi kita bisa naik sampai empat digit itu karena hasil kolaborasi yang dilalukan,” katanya.

Akmal bercerita, dia mengaku banyak yang menilai dia terlalu kencang larinya dalam menahkodai Sulbar, tapi baginya tidak.

“Karena memang kita butuh akselerasi lebih tinggi agar Sulbar bisa tidak di bawah Gorontalo. Kita sebutnya Gorontalo karena hanya Gorontalo yang apple to apple dengan Sulbar. Nah sekarang dibeberapa sektor kita sudah jauh di atas Gorontalo, tapi jangan berniat melawan Sulsel, durhaka nanti karena itu induk kita. Mereka fiskal-nya kuat, tapi dalam beberapa hal kita bisa kalahkan Sulsel. Sekarang SIP kita tinggi di atas Sulsel, 5 digit di atas Sulbar, tingkat MCP kita juga di atas dari Sulsel, artinya kita bisa dengan kolaborasi,” klaim Akmal.

Banyak kegiatan yang tidak masuk dalam APBD. Bagaimana menanggapi ini?

Menurut Akmal Malik pemimpin harus berani ambil resiko. Setiap inovasi punya resiko, resiko paling ril adalah tidak ada dukungan anggaran.

Lalu apakah kita akan meratapi kondisi ini? tentu tidak, apa yang harus dilakukan? yakni kolaborasi dengan semua pihak, ada NGO, perbankan masyarakat, ASN dan banyak lain.

“Salah satu buktinya Festival Sandeq tanpa anggaran. Kemudian yang agar ramai masalah mangrove, walau belakangan ada miskomunikasi,” ujarnya.

Akmal menjelaskan, Sulbar memiliki panjang garis pantai 617 km, potensi abrasi tinggi, kemudian menjadi tempat ikan bertelur.

Ada juga yang mengatakan selat Makassar jalur jurasi atau tempat ikan itu bertelur gila-gilaan bertelur. Pertanyaannya dimana tempat bertelur? nah itu di mangrove. itulah mengapa kita harus memelihara mangrove.

“Jangan katakan tidak ada kaitan mangrove dengan kemiskinan. Ketika masyarakat kita tidak lagi bisa tangkat ikan, maka akan muncul kemiskinan,” tuturnya.

Sulbar Harus Berani Keluar dari Zona Nyaman

Menurut Akmal Malik pemimpin Sulbar harus berani keluar dari zona nyaman. Tidak boleh bergerak dan berperilaku biasa-biasa saja.

“Prinsip saya, Anda akan menjadi orang biasa-biasa saja ketika Anda berperilaku atau berprinsip biasa-biasa saja. Dan anda akan menjadi orang luar bisa jika berani bertindak dan berperilaku luar biasa. Jadi semua ada resiko, sebagai pemimpin harus berani ambil resiko selama tak melanggar aturan. Tapi kalau tidak berani ambil resiko, maka Anda akan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Itu pilihannya. Menjadi orang luar biasa butuh kerja keras,” pungkasnya.(*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.