TELEGRAPH.ID, POLMAN – Yayasan Badan Wakaf Ugi Baru, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polman, resmi berdiri, Sabtu (19/10/2024).
Peresmian Yayasan Badan Wakaf Ugi Baru dilakukan langsung oleh Pj Bupati Polman, Muhammad Ilham Borahima dan Kabid Madrasah Kanwil Kemenag Sulbar, Dr Misbahuddin, didampingi Ketua Yayasan, Dr H Amran HB dan para pengurus.
Peresmian berlangsung di Masjid Jami Nurul Huda Ugi Baru dirangkaikan Maulid Nabi Muhammad SAW. Adapun hikmah maulid disampaikan Imam Besar Masjid Syuhada Polewali Sayyid Fadl Al Mahdaly.
Ketua Yayasan Wakaf Ugi Baru Dr H Amran HB menjelaskan, Ugi Baru berdiri sebelum Kemendekaan, Tanggal 6 Juni Tahun 1936. Kurang lebih 200 kepala keluarga datang dari Bugis mendiami wilayah tersebut dalam rangka memperbaiki taraf perekonomian.
“Melalui Maradia Pasokkorang, maka diberikan tanah kurang lebih 800 hektare untuk pemukiman dan kemudian diberi nama Ugi Baru saat ini,” kata Amran HB kepada Telegraph.id.
Kemudian setahun setelahnya atau 1937 lewat kebijakan pemerintahan kolonial maka terjadi transmigrasi kolonisasi besar-besaran, orang-orang Jawa dipimpin Raden Supratman membuka kawasan transmigrasi di Wonomulyo.
“Orang-rang Bugis yang datang berkolaborasi dengan orang-orang Mandar, Pattae, Pattinjo, Pannei, dan Toraja membuat sebuah kesepakatan besar dalam bahasa Bugis disebut Tanro. Tanro ini lahir dalam rangka membangun peradaban utamanya pengembangan SDM,” pungkasnya.
Setelah terjadi sebuah permasalahan, maka muncul pemikiran untuk mendatangkan guru dari tanah Bugis, utamanya yang berkaitan dengan keagamaan, sehingga dimasukanlah As’yadiah. Sebuah Yayasan Pendidikan Keagamaan dari Sengkang.
“Tapi yang jadi persoalan kemudian siapa yang akan membiayai gurunya, maka di situlah cikap bakal muncul namanya wakaf tanah, beberapa tokoh masyarakat wakafkan tanahnya untuk membangun masjid, gedung sekolah, menggaji guru dan sebagainya. Namun sejak saat ini sampai hari ini kurang produktif, maka muncul ide di generasi kami untuk mengikat wakaf secara formal lewat akta notaris atau badan hukum dengan misi dari wakaf konsumtif ke produktif,” tuturnya.
Setelah yayasan wakaf ini berdiri, lanjut Amran HB, Masjid Jami Nurul Huda Ugi Baru akan dibranding menjadi masjid ramah musafir.
“Masjid ini kita akan branding menjadi tempat persinggahan para musafir. Nantinya di sana ada aktivitas keagamaan, sosial, ekonomi,” ujarnya.
Amran berharap, kehadiran Yayasan Badan Wakaf Ugi Baru yang berkedudukan di Masjid Jami Nurul Huda menjadi jawaban atau solusi dari semua persoalan sosial, kemasyarakatan, dan keummatan.
“Kalau ada orang sakit tidak mampu berobat, orang mau sekolah atau punya prestasi tapi terbatas ekonomi, ada orang mau berusaha, punya kompetensi tapi tidak punya modal, maka yayasan ini harus tampil, seperti itulah harapan-harapan ke depan dalam urusan keumatan, pendidikan, kesehatan dan pengembangan SDM,” pungkasnya.(*)