Media Platform Baru Sulawesi Barat

LIAR Sulbar: Pertanian Alami Cegah Stunting, Wujudkan Kedaulatan Petani

0 763

TELEGRAPH.ID, POLMAN – Sepagi ini, kamis (26/12) puluhan petani berkumpul di kantor Desa Botto, Campalagian, Polewali Mandar (Polman), di jalan trans Sulawesi yang disekelilingnya adalah hamparan persawahan luas membentang.

Agenda berkumpulnya para petani tersebut dalam rangka pelatihan pertanian alami yang diinisiasi pemerintah Desa Botto bekerja sama dengan Lembaga Inspirasi dan Advokasi Rakyat (LIAR) Sulawesi Barat (Sulbar).

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut dikemas dengan santai dan penuh kekeluargaan. Hari ini telah memasuki hari kedua pelaksanaan kegiatan.

Direktur LIAR Sulbar Harun Yamerang yang didaulat menjadi fasilitator, memulai dengan game yang membuat para petani semakin rileks dan enjoy. Tak ada sekat, hampir tak bisa dibedakan antara peserta dan fasilitator, terjalin keakraban antara satu dengan yang lainnya.

“Bapak ibu ingin sejahtera dan berdaulat sebagai petani ? solusinya ya pertanian alami, pertanian alami ini juga adalah solusi pencegahan stunting kalau bahasa Mandarnya stunting itu to sawangang, disini belum ada pak toh, dan selama pelatihan ini bapak dan ibu akan mengetahui apa itu pupuk alami dan seperti kelebihannya -kelebihannya, sebenarnya kami yakin para orang-orang tua disini pernah mempraktekkan pertanian alami, tapi ya mungkin sudah lama sekali, kita yang hidup sekarang ini diperkenalkan dengan cara bertani yang modern,” tutur Harun Yamerang.

Salama, petani asal Dusun Baru 2 Desa Botto menyampaikan rasa penasarannya dan tak sabar ingin segera mengetahui cara pertanian alami, karena sejauh ini ia lebih banyak diperkenalkan cara bertani yang modern, menggunakan pupuk dan obatan-obatan dari bahan kimia.

“Iya sudah tak sabar ingin mempraktekkannya pak, karena yang kami tahu ya pertanian yang menggunakan obat-obatan kimia itu,” kata Salama.

Pada kesempatan itu juga, Ahmad Zaky Al Mahdaly, Direktur Jaringan Advokasi Rakyat (JARAK) Sulbar, narasumber yang memantik diskusi tentang “Desa Berinovasi melalui pertanian dan peternakan”.

Menurut mantan ketua cabang PMII Polewali Mandar tersebut, yang paling banyak menyuplai makan orang-orang di kota adalah orang-orang desa, yang bekerja sebagai petani, namun acapkali orang-orang di desa mengalami pemiskinan karena sistem pengelolaan pertanian yang justru sebagian besar mekanisme pengelolaannya tidak menempatkan petani sebagai subjek.

“Posisi tawar petani lemah karena sistem yang melemahkan petani, ketergantungan pada modal yang berlebihan, mulai dari pengadaan pupuk, bibit, dan obat-obatan yang tidak memandirikan petani, tidak membuat petani kreatif untuk memanfaatkan sumber daya dan potensi yang terdapat di desa, banyaknya kasus gizi buruk, stunting, dengan mudahnya masyarakat terjangkit penyakit kronis, karena asupan makanan yang produksinya terlalu banyak menggunakan bahan-bahan kimia,” kata Ahmad Zaki yang memantik diskusi yang cukup berjalan interaktif tersebut.

Tampak pula dalam kegiatan itu, Pendamping Lokal Desa (PLD) Kecamatan Campalagian Saddan Husein, Sudirman, dan sejumlah aparat Desa Botto. Sehari sebelumnya, kegiatan ini dibuka secara resmi Kepala Desa Botto Abdul Rasyak dan perkenalan dari Kordinator Bidang SDM LIAR Sulbar Zulkifli.

(ARIF)

Leave A Reply

Your email address will not be published.