Media Platform Baru Sulawesi Barat

Marak Alih Fungsi Lahan, Kakao Sulbar Terancam Punah

0 1,083

TELAGRAPH.ID, POLMAN – Kakao Sulawesi Barat memprihatinkan. Demikian salah satu pembahasan yang mengemukan dalam diskusi Kamis malam, 24 Oktober 2019 di Wonomulyo, Polman, Sulawesi Barat.

Diskusi dilaksanakan di Warkop Macoa atas inisiatif Salimerah Institut. Diskusi publik dengan tema Petani dan Dinamika Produksi Kakao di Sulawesi Barat.

Empat narasumber dihadirkan antara lain, Akademisi Unasman Sulbar Harli A. Karim, Alumni Bisnis dan Queen Mary University of London Sriwiyata Ismail, CO Founder Macoa Akbar dan dari Petani Kakao Nurdin Halil sekaligus koordinator Sarekat Pengorganisasian Rakyat Indonesia (SPRI) simpul Sulbar.

Harli A. Karim dalam diskusi tersebut mengatakan, produksi kakao dalam empat tahun terakhir terus mengalami penurunan, menurut Harli, penurunan terjadi terutama disebabkan penurunan luasan kakao.

Ribuan hektar kakao dialihfungsikan ke komoditi lain seperti jagung dan kelapa sawit. Selain itu, ribuan hektar kakao petani dalam kondisi tidak terawat. Animo masyarakat menurun dalam membudidayakan kakao. Kondisi paling parah terjadi di Kabupaten Mamuju dan Polman.

“Kalau ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin kakao di Sulawesi Barat ini akan hilang,” kata Harli yang juga saat ini sedang melakukan melakukan penelitian pengembangan persyaratan iklim dan tanah untuk kesesuaian lahan kakao spesifik Sulbar ini.

Harli juga sangat mengapresiasi diskusi ini karena diinisiasi oleh kalangan milineal dari Salimerah Institut dan dihadiri oleh sebagian besar kalangan milenial. Karena salah satu problem perkakaoan, kata Harli, juga karena tidak adanya regenerasi petani kakao.

“Tidak banyak kalangan muda yang mau terjun di dunia pertanian,” paparnya.

Sedangkan Sriwiyata Ismail dalam diskusi tersebut lebih menyoroti tentang proses sertifikasi kakao yang sedang digalakan oleh berbagai lembaga.

Sriwiyata bilang, program sertifikasi kakao di Sulbar cenderung lebih berpihak kepada kepentingan para User biji kakao.

“Manfaat kepada petani sangat sedikit,” kata Sriwiyata yang ditemukan saat riset magisternya The Dynamics of Sustainability Certification Scheme on the Ground Level of Cocoa Global Value Chain in West Sulawesi Barat.

Nurdin Halil sebagai pelaku petani kakao lebih menyoroti tentang keberpihakan pemerintah dalam mengembangkan perkakaoan Sulbar. Pemerintah harus segera melihat fenomena kian berkurangnya semangat masayarakat untuk budidaya kakao.

“Petani butuh support dari pemerintah agar petani kembali bergairah dalam menekuni bisnis kakao,” kata Nurdin.

Sementara itu pemateri lain Akbar lebih banyak mengemukakan tentang keberadaan dan keberlanjutan produk kakao Macoa. Kata Akbar, kakao Macoa butuh dukungan dari berbagai kalangan untuk tetap bertahan, sehingga kakao Macoa bisa menjadi oleh-oleh khas dan Icon Sulawesi Barat.

“Ke depan akan terus mengembangkan kakao Macoa yang pada ujungnya akan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan petani kakao di Sulbar,” simpulnya.

(ILU)

Leave A Reply

Your email address will not be published.