Media Platform Baru Sulawesi Barat

Tumbuhkan Kesadaran Kritis, LIAR Ajak Mahasiswa Refleksikan Realitas

0 762

TELEGRAPH.ID, POLMAN – Gelar agen perubahan mutlak disandang seseorang yang telah menyandang status sebagai mahasiswa.

Keberadaannya pun diharapkan tertuju pada aksi nyata untuk menjawab realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

Hal itu diutarakan Direktur Lembaga Inspirasi dan Advokasi Rakyat (LIAR) Harun Yamerang saat membuka kegiatan pendidikan kritis di Kantor LIAR, Banua Baru, Wonomulyo. Polman. Sabtu, (7/12/2019).

“Asupan pengetahuan harus terus ditingkatkan agar mandat sosial yang di emban dapat terealisasi dalam bentuk gerakan,” kata Harun.

Kegiatan yang bertema, bertukar gagasan, berbagi pengalaman itu di ikuti oleh sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus di Sulbar dan rencananya akan berlangsung dari tanggal 7 sampai 9 Desember 2019.

Kata Harun kegiatan itu adalah upaya lain untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap realitas yang menindas.

“Agar gerakan kepedulian tersebut tak terasuki oleh kepentingan sebagian orang yang berorientasi pada hal yang negatif,” ungkapnya.

Pendiri LIAR Aswan Achsa menegaskan, kegiatan tersebut berorientasi pada lahirnya kesadaran kritis seseorang terhadap realitas yang menindas di tengah-tengah masyarakat dan itu harus terpupuk dan mengakar.

“Liar mengadakan pendidikan kritis, untuk membangun kapasitas, kreativitas serta kesadaran kritis dengan garis pemihakan yang jelas kepada masyarakat yang lemah,” paparnya.

Aswan menjelaskan, pada proses pendidikan itu, berlandaskan pada model pendidikan orang dewasa (POD), dimana setiap orang dewasa dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman.

“Kegiatan tersebut dilakukan dengan metode partisipatif, saling adu argumen dan gagasan antara peserta dan narasum,” ungkapnya.

Lebih lanjut Aswan menjelaskan, para peserta bercerita tentang masalah yang ada di desa masing-masing, baik itu dari segi, budaya, ekonomi, maupun politik. Serta dampak yang ditimbulkan hingga melahirkan ide dan gagasan untuk memecahkan masalah.

“Semua orang yang ada disini adalah orang yang belajar, jadi inilah yang dimaksud dengan pendidikan partisipatif, dengan menjadikan objek adalah masalah dan subjek adalah peserta, bagaimana kemudian mengantar peserta melahirkan ide dan gagasan sebab setiap orang memilik itu,” pungkasnya.

(ALAM/DAFI)

Leave A Reply

Your email address will not be published.